Kamis, 16 Mei 2013
Uang Kertas
“Mega… hari ini kamu jadi kan ketemuan sama sepupu aku yang dari London kan?”.
“ya, jadi deh”.
Wiranti menggandengku menuju kelas. Inilah diriku, aku sudah terlalu sering gagal dalam berhubungan dengan laki-laki selama ini. Awalnya aku hanya menganggap sepele hak-hal seperti ini, namun aku mulai merasa aneh karena setiap laki-laki yang dekat denganku kabur dengan alasan yang sama yaitu diriku yang terlalu sibuk dengan dengan laptopku. Mulai dari Ditan, putra, ginda, edo, dan masih ada tiga orang lagi yang sudah mulai ku lupa namanya punya alasan yang sama untuk memutuskan hubungan. Alasan mengapa aku terlalu sibuk dengan laptoku yang pertama: aku ketua club mading, yang kedua: aku kan calon penulis, dan yang ketiga adalah alasan yang paling malas kuucapkan yaitu: aku adalah seorang pencinta film sejati.
Aku punya dua orang sahabat yang dekat denganku yaitu Wiranti dan Sadli. Wiranti adalah wanita yang baik. Dia anak seorang pemilik perusahaan berlian terkenal di Jakarta. Nama lengkapnya Wiranti Ve Lisa. Kalau Sadli adalah seorang cowok idola di sekolah. Dia Indo loh, mamanya Indonesia dan papanya Korea. Nama lengkapnya Hyun Ray Neo. Aku sangat bahagia berada di samping kedua sahabatku. Mereka selalu menghibrku saat aku patah hati. Pernah aku berfikir bahwa Sadli menyukaiku, tapi pikiran itu musnah saat ku tahu kalau dia suka pada adik kelasku yang bernama janet. Dia berusaha keras mendapatkan hati gadis itu dan ternyata usahanya tidak sia-sia. Sedangkan Wiranti sudah punya ornando yang begitu mencintainya. Ornando sangat kutu buku, makanya seisi sekolah kaget mendengar kabar bahwa wiranti berpacaran dengannya. Kisah hidupku sangat menyedihkan. Walaupun aku punya segala-galanya, aku tetap tak merasa hidupku menyenangkan.
Aku duduk di teras kamarku bersama kedua sahabatku dan sedang mendiskusikan tentang “MEGA AND LOVE STORY”. Lovenya pake tanda kutip! “van.. gimana sepupu aku kemarin?”.
“spupu kamu baik, ganteng, pinter, trus asik”.
“trus gimana?”.
“ya.. dia overdosis tau kalau mau dijadiin SS”.
“kok disia-siain sih! Udah enam bulan loh jomblohnya, masuk rekor nih. Semenjak kamu pertama kali pacaran kayanya kamu gak pernah jomblo sampe enam bulan. Paling lama kayanya dua bulan”.
“tau deh!”.
Sadli yang dari tadi diam langsung angkat bicara “gimana kalau kenalan sama sepupu aku aja”.
“ya ampun, bisa bahasa indonesia gak tu spupu lo?” tanya wiranti sewot.
“ya tau lah, dia kan emang orang indonesia, cuman pengen ikut bokap aja dulu ke seoul”.
Aku mulai malas mendengar kalau yang dua orang sudah saling aduh mulut, aku yang jomblo mereka berdua yang gondok. “gak usah deh, lagi pengen serius belajar nih”. Mereka berdua kemudian diam dan mengamatiku lalu mengangkat bahu mereka tanda bingung.
Sebentar lagi ujian nasional, namun sadli dan wiranti setiap hari datang ke rumahku. Mereka punya banyak alasan untuk datang. Dirumahku juga sangat sepi, kakakku yang pertama sudah menikah dan menetap di Sulawesi Tengah, dan kakakku yang kedua sibuk kerja. Padahal dialah satu-satunya yang kuharapkan di rumah ini. Sedangkan papa sedang ditugaskan di Jember kemudian mama ikut bersama papa. Jadi rumahku hanya di huni kak vano, bi santi, roxy (kucing angora kesayangan veni kakak pertamaku), dan pak parjo.
Hari ini aku telat datang kesekolah, untung Sadli juga telat. Aku tak boleh mengikuti pelajaran sampai jam istrahat, dan akhirnya aku memutuskan untuk membaca buku di Perpustakaan sedangkan sadli mengikutiku dan tidur di sana juga. Setelah berbunyi aku segera ke kelas, saat sedang berjalan ke kelas ku lihat lapangan basket sangat ramai. “Mungkin lagi ada yang tanding kali ya no!”. “auk aah!”. Dia berjalan sambil bersandar padaku. “kenapa kamu gak ikutan aja! Kamu kan mantan kapten tim sekolah”.
“males tau, gue lagi bete nih, di hibur kek apa kek!”.
“berantem lagi ya no?”.
“bukan berantem, tapi putus”.
“yaaaaaa, yang tabah ya. Kapan diputusinnya?”.
“tadi waktu kita di perpus dia sms aku”.
“gini aja, kita ke lapangan yuk, kita nonton aja biar gak suntuk”. Belum sempat dia menjawab aku sudah menariknya ke arah lapangan. Di lapangan ternyata ada Janet, salah ngajak nih kayanya. Tapi tunggu, sadli malah menarikku mendekati janet dan mencium pipiku di hadapan janet. Woww.. pengen bikin dia cemburu rupanya. Kalau teman-teman se-angkatannku sudah sering melihatku di cium Sadli, Wiranti juga kok dan sebaliknya. Jadi aku santai-santai saja. Aku memperhatikan cowok yang bermain basket, kayanya anak baru. Ganteng! Makanya banyak cewe-cewe yang nongkrong di situ. Lama aku memperhatikannya, dan bel pun berbunyi.
Di dalam kelas aku hanya tidur-tiduran, wiranti yang duduk dibelakangku sibuk menggosip dengan Sadli. Mungkin sadli yang curhat atau sebaliknya. Kemudian Wiranti mencubit pundakku, “itu.. tuh anak baru dikelas kita”.
“mmmm…” aku kembali ke posisi tidurannku tadi.
“hay No” si murid baru menyapa Sadli, ternyata mereka saling mengenal. “Hay nu, ternyata kamu masuk sini juga ya! Kenalin nih wiranti”. Enggg… “trus yang ini nih..” dia mencolek pinggangku
“apa sih?” aku mendongak dan mulai pada khayalanku, dia seperti pangeran.. aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Danu..” ia bersalaman denganku, tapi aku lupa memberi tau namaku.
“namanya Mega nu” suara sadli membuyarkan semua lamunanku.
“senang bertemu denganmu”. Itulah kata-katanya yang terakhir sebelum guru fisika masuk.
Ternyata murid baru yang tampan itu namanya Danu, dia adalah spupu sadli yang waktu itu dia tawarkan padaku. Tapi sayangnya waktu itu aku lagi tak mood, sungguh kesempatan yang disia-siakan. Danu sangat pandai dalam segala bidang, dalam pergaulan, pelajaran, dan olahraga. Banyak sekali wanita di sekolah yang menyukainya. Jujur aku juga tertarik padanya, dan akulah satu-satunya yang nekat mengirim surat dan ku simpan dilokernya. Tak tau apa reaksinya nanti.
Hari ini kita aku, wiranti dan sadli sedang duduk-duduk di lapangan basket. Karena hari ini sadli ingin bermain basket, mumpung hari minggu aku asik-asik saja mengikuti kemauannya. Tapi yang tak kusangka-sangka Danu juga datang. Karena takut melihat reaksinya, akhirnya aku hanya tertunduk sambil melipat-lipat uang kertas yang ada disakuku. Wiranti yang duduk disampingku hanya senyum-senyum tak jelas. Kemudian sadli menghampiriku “airnya dong van”. Aku memberikannya botol mineral yang ada ditasku. Dan tak lama Danupun ikut bergabung dengan kami. Tanpa sadar uang yang kulipat-lipat telah menjadi kapal-kapal yang sangat cantik menurutku. Kemudian karena begitu kagum aku berdiri dan berkata “wuaaaaah cantiknya”.
Wiranti melihat hasil karyaku dan berkomentar, “kamu masih hobby ngelipat uang jadi gitu ya?”.
Aku hanya senyum
“berarti hampir sama dong sama danu, kalo danunya hobby nulis alasan di atas uang kertas”.
Aku jadi salah tingkah mendengarnya.
“jodoh kali”. Suara wiranti membuatku tambah salah tingkah.
“pulang yuk, aku sama wiranti kamu sama danu.. ga pa pa kan? Skalian kasih liat danu markas kita!” saran sadli kali ini memang gila, tapi aku senang. “tapi aku kan pengen main sama kucingnya mega”.
“duh nid.. entar aja deh kapan-kapan, mau kan nu anterin mega?”. Danu menjawab dengan senyum yang manis dibibirnya
“boleh.. sklian jalan-jalan”.
Akhirnya aku pulang dengan danu, tapi dia mengajakku makan dulu. aku takut dia bertanya tentang surat yang kemarin ku simpan di lokernya. “van.. mau gak jadi pacar aku?”. Damn… kok dia to the point banget sih? Bikin orang ge er aja. Jangan-jangan salah dengar! Aduh… gimana nih?. Batinku bingung. “enggg….”.
“udah dua bulan aku sekolah di sini, aku ngerasa aku sayang kamu. Dari awal emang aku yakin sama perasaan kalo aku suka sama kamu”.
“emmm….”.
“aku udah baca surat kamu, tapi aku pengen aku yang nembak kamu. Kamu mau kan?”. Aku hanya sanggup menjawabnya dengan anggukan. Dan aku memutuskan untuk pacaran dengannya.
Saat-saat paling membahagiakan dalam hidupku adalah saat ini. Punya dua sahabat yang menyayangiku, dan pacar yang juga menyayangiku. Walaupun kaadang aku cemburu melihatnya didekati oleh cewe-cewe di sekolah. Dan kurang lebih sebulan adalah ujian nasional. Aku juga jadi jarang bertemu dengannya. Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17. Pukul 00.00 tadi malam danu sudah memberiku ucapan selamat diikuti keluarga dan sahabat-sahabatku, akhirnya karena sibuk membalas ucapan mereka aku tak cukup tidur hari ini. “hay van”. Sadli datang ke kelas dan langsung mencium pipiku seperti biasa dan membawa sebuah bingkisan sama dengan wiranti. Dan disusul Danu, dia menarikku ke kantin. “ini hadiah buat kamu”. Aku mendengar ada nada aneh di balik perkataannya. “makasih”. Kemudian dia diam, “kenapa?”.
“kita sampe disini aja ya”.
“maksudnya?”.
“kita putus, entar lagi kan ujian.. mungkin kamu pengen belajar atau apa ya terserah kamu”.
“kamu gak ngerjain aku karena aku ulang tahun hari ini kan?”.
Dia tak menjawab lagi dan langsung pergi..
Aku memang sudah mengantisipasi hal-hal seperti ini akan terjadi, karena aku sudah terlalu terbiasa mengalaminya. Tapi kali ini aku benar-benar sakit hati, kedua sahabatku terus menyemangatiku. Ujian pun selesai, dan hari ini adalah pengumuman. Aku melihat papan pengumuman dan mencari-cari namaku. Ternyata aku, sadli dan wiranti lulus, aku senang skaligus sedih karena harus berpisah dengan mereka. Tadi aku juga mencari nama sadli, ternyata dia juga lulus. Sejujurnya aku masih terus mengharapkannya. Aku berjalan menyusuri sekolah dan terhenti di depan kelasku. Aku masuk dan duduk di tempat dudukku. Aku memperhatikan kelas itu dengan seksama. Ku melihat ke laci mejaku, dan apa yang kutemukan di sana. Uang sepuluh ribuan berceceran di dalam laciku. Ku ambil dan ku lihat.
“Aku mencintaimu karena: kamu apa adanya.”
“aku mulai menyukaimu sejak aku di seoul dua tahun yang lalu, karena sadli selalu bercerita banyak tentangmu”
“maaf aku memutuskanmu, aku pikir kamu lebih mencintai sadli. Dan begitu pula sadli, sadli selalu menceritakan tentangmu. Dia selalu berpesan kalau suatu saat nanti aku harus menjagamu. Jadi kau harus selalu berada di samping orang yang mencintaimu”
Aku sudah putus asa untuk memperjuangkan cintaku. Aku kembali kerumah dan tidur. Saat aku bangun sadli dan wiranti sudah ada dalam kamarku. “udah lama nyampe?”.
“udah karatan tau!” wiranti menjawab asal.
“ee.. aku mau nunjukin sesuatu.. nih liat …”.
Mereka berdua melihatnya dan berkata “wahh… rugi banget”.
“emangnya kenapa?”.
“besok danu kan mau ke seoul, dia mau kuliah di chun ha university”.
“kapan berangkatnya?” aku mulai panik.
“malam ini”.
“kenapa baru bilang sekarang? Ayo kita ke bandara! Aku mau ngomong sama dia”. Aku buru-buru mandi, dan segera berangkat kebandara.
Kulihat dia sedang duduk sambil menggunakan earphone. “danu…” aku berlari dan langsung memeluknya, ku buang semua rasa gengsiku saat ini. “kenapa nangis?”.
“kamu jangan ninggalin aku, aku sayang kamu. Maafin aku”. Ia tersenyum dan memelukku. Wiranti dan sadli datang sambil bergandengan tangan, membuatku dan danu heran. “maksudnya?” aku menunjuk tangan mereka. “mmmmm… maaf ya van baru ngomong skarang!”.
“kita udah pacaran empat tahun, kita gak ngomong ke kamu tentang hubungan kita karena takut kamu kesepian”. Aku heran
“trus janet sama ornando?”.
“itu kan cuman bohongan, makanya sebisa mungkin kita berdua nyariin kamu pacar dan karena kamu udah ada kesempatan balikan sama danu kita ngaku aja deh…”.
“jahat nih sama aku”. Aku mencubit mereka berdua.
“maaf ya aku udah salah paham” danu meminta maaf padaku dan sadli.
Kemudian dia memelukku dan berkata “kamu massih mau nerima aku?”.
“mau.. mau… kalau udah nyampe di seoul telepon aku ya”.
“siapa sih yang mau ke seoul?”.
“bukannya…” aku melirik sadli dan wiranti, ternyata mereka mengerjaiku.
“aku mau ke surabaya pengen ke rumah bonyok”.
Ternyata semua berjalan dengan apa-adanya. Keegoisan dapat meruntuhkan cinta yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan mudah. selesai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar